Daruth Thoyyibah NW Ketangga Libur Setiap Hari Jum`at
Liburnya pondok pada hari jum’at tidat lepas dari faktor historis maupun faktor syari’. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan, liburnya kegiatan belajar mengajar pada hari Jum’at dikarenakan hari Jum’at merupakan hari raya umat islam. Kegiatan-kegiatan pada umumnya tentu akan menyita waktu, dan akan menyulitkan kita untuk melakukan ibadah ibadah sunnah yang dianjurkan pada hari Jum’at seperti mandi,memotong kuku,mencukur rambut,mencukur bulu kemaluan,mencabut bulu ketiak,bersegera berangkat ke masjid dan kegiatan-kegiatan sunnah lain yang dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Apabila kegiatan belajar mengajar diadakan maka akan menyulitkan kita dalam melakukan kegiatan kegiatan sunnah tersebut. Dengan diliburkanya kegiatan belajar mengajar diharapkan mudarris (pengajar) maupun santri dapat mengamalkan amalan-amalan khusus di hari Jum’at.
وَسُئِلَ رضي الله عنه هل لِلْمُعَلِّمِينَ في تَرْكِ التَّعْلِيم يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَثَرٌ فَأَجَابَ أَطَالَ اللهُ في مُدَّتِهِ حِكْمَةُ تَرْكِ التَّعْلِيم وَغَيْرِهِ من الْأَشْغَالِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنَّهُ يَوْمُ عِيدِ الْمُؤْمِنِينَ كما وَرَدَ وَيَوْمُ الْعِيدِ لَا يُنَاسِبُهُ أَنْ يَفْعَلَ فِيْهِ الْأَشْغَالَ وَأَيْضًا فَالنَّاسُ مَأْمُورُونَ فيه بِالتَّبْكِيرِ إلَى الْمَسْجِدِ مع التَّهَيُّؤِ قَبْلَهُ بِالْغُسْلِ وَالتَّنْظِيفِ بِإِزَالَةِ الْأَوْسَاخِ وَجَمِيعِ ما يُزَالُ لِلْفِطْرَةِ كَحَلْقِ الرَّأْسِ لِمَنْ اعْتَادَهُ وَشَقَّ عليه بَقَاءُ الشَّعْرِ فإن الْحَلْقَ حِينَئِذٍ سُنَّةٌ وَكَنَتْفِ الْإِبْطِ وَقَصِّ الشَّارِبِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ وَقَصِّ الْأَظْفَارِ وَالتَّكَحُّلِ وَالتَّطَيُّبِ بِشَيْءٍ من أَنْوَاعِ الطِّيبِ وَأَفْضَلُهُ الْمِسْكُ مع مَاءِ الْوَرْدِ وَلَا أَشُكُّ أَنَّ من خُوطِبَ بِفِعْلِ هذه الْأَشْيَاءِ كُلِّهَا مع التَّبْكِيرِ بَعْدَهَا لَا يُنَاسِبُهُ شُغْلٌ فَكَانَ ذلك هو حِكْمَةُ تَرْكِ سَائِرِ الْأَشْغَالِ يوم الْجُمُعَةِ
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami ditanya, apakah meninggalkan kegiatan mengajar bagi para guru di hari Jumat ada dasarnya?. Beliau menjawab, hikmah meninggalkan kegiatan mengajar dan beberapa kesibukan lainnya di hari Jumat adalah bahwa hari Jumat merupakan hari raya bagi kaum Mukmin sebagaimana dijelaskan hadits Nabi. Sedangkan saat hari raya tidak sepantasnya seseorang melakukan kegiatan-kegiatan. Di sisi yang lain, pada hari Jumat umat Islam diperintahkan bergegas berangkat menuju masjid beserta aktivitas persiapan sebelumnya meliputi mandi, membersihkan kotoran-kotoran badan dan perkara-perkara yang dihilangkan sebagai bentuk fitrah manusia seperti memotong rambut bagi yang membiasakannya dan berat untuk tidak memotongnya, maka memotong rambut sunah. Seperti juga mencabut bulu ketiak, mencukur kumis, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memakai celak dan wewangian, lebih utama dengan menggunakan minyak misik beserta air mawar. Dan saya tidak ragu bahwa orang yang dianjurkan melakukan tuntunan-tuntuan ini beserta anjuran bergegas menuju masjid setelahnya tidak sepantasnya melakukan kesibukan apapun. Maka, yang demikian tersebut merupakan hikmah meninggalkan berbagai macam aktivitas di hari Jumat”. (Al-Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubra, juz.1)
Liburnya kegiatan belajar mengajar ini telah ada sejak zaman khalifah Umar bin Khattab. Dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur menjelaskan:
وَفِي الْإِيْعَابِ أَنَّ عُمَرَ رضي الله عنه طاَلَتْ غَيْبَتُهُ مُدَّةً حَتَّى اشْتَاقَ إِلَيْهِ أَهْلُ الْمَدِيْنَةِ فَلَمَّا قَدِمَ خَرَجُوْا لِلِقَائِهِ فَأَوَّلُ مَنْ سَبَقَ إِلَيْهِ الْأَطْفَالُ فَجَعَلَ لَهُمْ تَرْكَ الْقُرْآنِ مِنْ ظُهْرِ يَوْمِ الْخَمِيْسِ إِلَى يَوْمِ السَّبْتِ وَدَعَا عَلَى مَنْ يُغَيِّرُ ذَلِكَ اهـ ش ق.
“Dalam kitab al-I’ab disebutkan bahwa Sayyidina Umar bin Khatab pergi sekian lama meninggalkan penduduk Madinah, sampai mereka merindukan beliau. Saat Sahabat Umar kembali, penduduk Madinah berbondong-bondong menyambut kedatangan Khalifahnya tersebut. Pertama kali yang menyambut beliau adalah anak-anak kecil. Kemudian Khalifah Umar memberi kebijakan kepada mereka untuk meliburkan pengajian al-Qur’an sejak zuhur hari Kamis sampai hari Sabtu. Dan beliau mendoakan buruk kepada siapa pun yang mengubah tradisi libur tersebut.”.
Terlepas dari semua itu hak meliburkan santri pada hari Jum’at sejatinya berada di tangan Pimpinan sebagai pemegang keputusan di pondok.Wallahu ta’ala a’lam.
Islamic Boarding School Daruth Thoyyibah NW
Tahfidz, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
- Islamic Boarding School Daruth Thoyyibah NW
- Ketangga-Suela-LOTIM-NTB
- daruththoyyibah2020@gmail.com
- 085959245718
Posting Komentar